Pendidikan Zaman Pergerakan Nasional
Hallo guys, di artikel aku yang satu ini akan mengangkat ilmu tentang pendidikan zaman pergerakan nasional. siapa yang di sini sudah tahu tentang ilmu yang satu ini?.
bagi yang belum tahu mari kita simak artikel ini secara seksama!!
Pendidikan: Lahirnya Elite Terdidik Bumi putra
Awal proses perubahan sosial, budaya dan politik di tanah air pada awal abad ke-20, ketika rezim kolonial meluncurkan kebijakan etis (1901) yang mencakup tiga bidang:
- irigasi
- transmigrasi
- pendidikan
Di bidang pendidikan, kebijakan etika dipandang sebagai upaya mencerdaskan masyarakat adat untuk meningkatkan kesejahteraan di daerah jajahan.
Baca Juga: 17 negara memiliki sistem pendidikan terbaik di dunia
Robert van Niel dalam buku Emerging Elite Modern Indonesia menulis: “Pendidikan massa luas bangsa Indonesia juga merupakan bagian fundamental dari kebijakan etis kolonial dengan tujuan pemberantasan buta huruf dan peningkatan kesejahteraan.”
Bentuk Perlawanan Terhadap Belanda
Bentuk perlawanan terhadap kolonialisme Belanda mulai berubah arah pada awal abad ke-20. Sebelumnya, perlawanan terhadap kolonialisme Belanda lebih bersifat sporadis, regional dan di dominasi oleh perlawanan fisik.
Sebut saja perlawanan Di ponegoro yang menurut De-Graaf merugikan Belanda sekitar 25 juta gulden (setara dengan $2,2 miliar saat ini). Belum lagi Perlawanan di Aceh, Perlawanan Bapak-bapak di Sumatera Barat, Perlawanan Pangeran Antasari di Kalimantan Selatan, Perlawanan Puputan Margarana di Bali dan Perlawanan Pangeran Hasanuddin di Makassar.
Perlawanan ini menyebabkan kekosongan kas negara Belanda. Sayangnya,perlawanan fisik yang heroik terjadi di tingkat daerah dan tidak terjadi secara bersamaan,sehingga pemerintah kolonial Belanda dengan mudah menumpasnya.
Baca Juga: Pengertian pendidikan menurut para ahli
Kekosongan Kas Belanda
Kemudian, untuk mengisi kekosongan di Perbendaharaan Belanda,van den Bosch,sebagai Gubernur Jenderal yang baru, diberi tanggung jawab untuk menerapkan sistem baru di Indonesia. Oleh karena itu diterapkanlah Sistem Budidaya (Cultuur Stelsel) yang mewajibkan masyarakat Indonesia untuk menanam tanaman yang laku di pasar ekspor.
Menurut Ricklefs, keuntungan bersih yang di peroleh Belanda dari penanaman paksa antara tahun 1831 dan 1877 adalah 832 juta gulden atau setara dengan 75 miliar dolar AS saat ini. Bisa di bayangkan betapa luar biasa nya pendapatan yang di peroleh Belanda saat itu.
Pembangunan kanal di Amsterdam konon merupakan hasil keuntungan dari penanaman paksa. Sartono Kartodirdjo mengungkapkan berkat sistem ini, belanda kembali mendapatkan posisinya sebagai pusat penjualan bahan baku dan armada komersial nya menjadi terbesar ketiga di dunia.
Baca Juga: Terbentuknya sejarah pendidikan di indonesia
Setelah Belanda berhenti menanam secara paksa (cultuur stelsel), karena banyak penyimpangan dan ada tekanan kuat untuk menerapkan kebijakan timbal balik (Etika Politik).
Belanda berutang kehormatan kepada rakyat Indonesia yang menyelamatkan kas negara Belanda. Salah satu karyawan, Douwes Dekker, dengan menggunakan nama samaran Multatuli, menggambarkan kekejaman sistem ini dalam bukunya yang terkenal Max Havelaar.
Jadi orang yang juga gigih melawan pelanggaran ini adalah van Hovell. Kedua tokoh ini berjasa besar dalam menarik perhatian publik terhadap pelaksanaan kolonialisme di Indonesia.
Penerapan kebijakan etika
Setelah penerapan kebijakan etika, pemerintah Belanda fokus pada 3 sektor: irigasi, imigrasi dan pendidikan. Pelanggaran irigasi dan imigrasi lebih sering terjadi. Hal ini dikarenakan pembangunan saluran irigasi dan pergerakan orang yang berpusat di sekitar perkebunan Belanda untuk mendukung irigasi dan menggarap perkebunan tersebut.
Pengaruh terbesar ada di bidang pendidikan (education), yaitu membuka sekolah-sekolah untuk rakyat Indonesia. Terlepas dari kenyataan bahwa masih ada diskriminasi terhadap darah pribumi murni, Indo-Eropa, Cina dan Eropa.
Sekolah di bagi menjadi beberapa jenis berdasarkan siswa yang belajar di sana. Untuk penduduk asli biasa mereka hanya bisa mengikuti Scuola del Popolo (SR) sampai kelas dua.Sedangkan untuk golongan bangsawan mereka bisa mendaftar di AMS (Scuola Algemene Midlebar) yang setara dengan SMA atau Universitas (misalnya STOVIA dan OSVIA) .
Sekolah-sekolah di Indonesia di bagi menjadi beberapa tingkatan dan di pisah-pisah berdasarkan keturunan akan tetapi di awal Politik Etis ini mampu melahirkan banyak golongan terpelajar. Beberapa di antaranya R.M. Tirto Adi Soerjo, Soetomo, Wahidin Soedirohoesodo yang menjadi perintis pergerakan nasional di Indonesia. Menurut Adrian Vicker R.M. Tirto Adi Soerjo membentuk organisasi pertama yaitu Sarekat Prijaji, kemudian disusul oleh dr.
Wahidin dan Soetomo yang membentuk Budi Utomo sebagai kepanjangan dari hasil diskusi mahasiswa STOVIA (Sekolah Kedokteran). Akan tetapi keduanya lebih bersifat moderat dan Anggota Budi Utomo masuk ke dalam Dewan Rakyat (Volksraad)
Baca Juga: Pendidikan untuk orang dewasa
Perjuangan Melawan Kolonial Belanda
Hal yang paling menarik dari kebangkitan gerakan nasional ini adalah cara perjuangannya melawan penjajah Belanda. Sebagaimana di jelaskan di atas, sebelumnya perlawanan lebih bersifat fisik, setelah munculnya kelompok-kelompok terpelajar perlawanan berubah jalur melalui organisasi politik dan di plomasi.
Mereka menyatukan kelompok-kelompok terpelajar untuk memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda. Organisasi lain yang juga berperan penting adalah gerakan Taman Siswa yang di dirikan pada tahun 1921 di Yogyakarta oleh R.M. Soewardi Soeryaningrat (Ki Hadjar Dewantara) dengan tujuan mengembangkan pendidikan yang berlandaskan sintesis realistik budaya Indonesia dan Barat.
Puncak pergerakan nasional di masa pendidikan zaman pergerakan nasional
Puncak dari pergerakan nasional adalah Peristiwa Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928. Hal ini di tandai dengan berkumpulnya pemuda di seluruh penjuru Indonesia.
Jong Java, Jong Sumateranen Bond, Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Bataks Bond, Jong Islamieten Bond dan perwakilan lain bersama-sama mengucapkan sumpah untuk bertanah air satu, berbangsa satu, dan berbahasa satu Indonesia.
Setelah mengucapkan sumpah tersebut untuk pertama kalinya lagu Indonesia Raya di kumandangkan. Perjuangan ke depannya terus di lakukan jalur politik organisasi hingga kemerdekaan Indonesia dapat di proklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945.